Persmahasiswa.id - Ketika Forum Bersama Ibu Kota Nusantara (Forsa IKN) bertemu Presiden Joko Widodo di Solo pada peringatan Sumpah Pemuda, ada makna besar yang tersirat di balik pertemuan tersebut. Ini bukan sekadar diskusi tentang proyek pembangunan fisik, melainkan tentang membentuk masa depan yang berkelanjutan bagi bangsa.
Sebagai inisiator dari visi ambisius IKN, Presiden Jokowi menyampaikan harapan bahwa pembangunan ini harus lahir dari hati dan aspirasi masyarakat, bukan hanya dari dokumen perencanaan pemerintah. Pesan ini memiliki arti yang mendalam: IKN bukan sekadar monumen politik atau warisan pemerintahan saat ini, melainkan simbol harapan, kolaborasi, dan kemandirian rakyat Indonesia.
Forsa IKN, yang terbentuk pada Juli 2024, memiliki misi untuk mengawal perjalanan IKN tidak hanya dalam waktu dekat, tetapi hingga 20 tahun ke depan. Ini adalah janji keberlanjutan yang jarang kita lihat di tengah atmosfer pembangunan yang sering kali berorientasi pada hasil instan. Dalam sambutannya, Ketua Umum Forsa IKN, Ariasa Hadibroto Supit, menekankan bahwa “Forsa IKN akan menjadi mitra strategis pemerintah untuk IKN,” dan menempatkan forum ini sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat.
Ketika Presiden berpesan agar inisiatif lahir dari rakyat, itu bukan berarti masyarakat hanya berfungsi sebagai penonton yang mengaminkan proyek besar ini. IKN harus menjadi kota yang benar-benar “Indonesia Sentris,” merepresentasikan keragaman dan aspirasi dari Sabang sampai Merauke. Forum ini, dengan 38 provinsi dan 36 bidang yang diwakilkan, berupaya melibatkan berbagai suara dan perbedaan perspektif untuk membentuk IKN yang lebih inklusif. Ini adalah langkah yang signifikan, terutama karena IKN dirancang sebagai pusat peradaban baru yang menjadi simbol dari keberagaman budaya dan potensi lokal di Indonesia.
Langkah ini juga menunjukkan sebuah pendekatan baru dalam pembangunan nasional. Tidak seperti proyek-proyek sebelumnya, yang seringkali terpusat pada pandangan tunggal, IKN menghadirkan peluang bagi semua warga negara untuk merasa terlibat. Seperti diungkapkan oleh Ariasa, “Di Forsa IKN, kami mengupayakan keterlibatan anggota dari 38 provinsi dalam setiap bidang yang jumlahnya 36.” Hal ini bukan hanya menunjukkan betapa pentingnya keterwakilan dari seluruh nusantara, tetapi juga menegaskan bahwa IKN akan tumbuh dengan kontribusi dari berbagai sektor dan elemen masyarakat.
Lebih jauh lagi, Forsa IKN juga menyoroti pentingnya menyiapkan konsep hunian yang nyaman dan ramah bagi generasi muda, serta memfokuskan investasi pada sektor usaha kecil dan menengah. Langkah ini dapat membantu menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif, yang tidak hanya memberi ruang bagi para diaspora dan investor besar, tetapi juga memberi peluang bagi usaha kecil yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Ini adalah upaya untuk menjadikan IKN bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga pusat ekonomi rakyat yang berdaya.
Namun, ada tantangan besar di depan. Keberhasilan proyek sebesar ini tidak bisa bergantung hanya pada dukungan pemerintah atau satu organisasi saja. Keterlibatan masyarakat luas adalah kunci. Di sinilah Forsa IKN dapat berperan dalam merangkul aspirasi dan rasa memiliki dari setiap warga negara, sehingga IKN benar-benar menjadi “milik” bersama, dan bukan sekadar bangunan megah yang berdiri sebagai ikon pembangunan semata.
Pembangunan IKN yang berhasil membutuhkan lebih dari sekadar dana dan kebijakan—dibutuhkan komitmen, transparansi, dan partisipasi aktif dari setiap elemen masyarakat. Generasi muda, sebagai penerus bangsa, akan menjadi saksi dan penerima manfaat terbesar dari proyek ini. Oleh karena itu, menempatkan mereka di pusat visi pembangunan merupakan langkah penting yang akan memastikan IKN tetap relevan dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Pertemuan antara Forsa IKN dan Presiden Jokowi mengingatkan kita pada prinsip dasar dalam pembangunan bangsa: kolaborasi dan keberlanjutan. IKN bukan sekadar kota baru, melainkan simbol dari harapan baru dan tekad untuk menciptakan Indonesia yang inklusif, mandiri, dan berkelanjutan. Kita semua adalah bagian dari masa depan tersebut—apakah kita siap terlibat dan memberikan kontribusi nyata?