Cerita Pengalaman Mengikuti Proses Rekrutmen di Tengah Pandemi

Cerita Pengalaman Mengikuti Proses Rekrutmen di Tengah Pandemi


Halo teman-teman! Sudah lama rasanya sejak terakhir kali aku berbagi cerita di sini. Kali ini, aku mau cerita tentang pengalaman unik yang aku alami saat mengikuti proses rekrutmen di beberapa perusahaan di tengah pandemi.

Mungkin cerita ini bisa jadi referensi bagi teman-teman yang sedang berjuang mencari pekerjaan, atau sekadar ingin tahu bagaimana rasanya melalui proses rekrutmen dalam kondisi yang serba terbatas.

Rencana yang Berantakan Karena Pandemi

Setelah memutuskan untuk resign dari pekerjaan sebelumnya, aku sebenarnya sudah merencanakan liburan panjang. Dari tahun 2013, aku belum pernah benar-benar mengambil jeda yang lama dari aktivitas belajar dan bekerja.

Akhirnya, aku pun memutuskan untuk memanfaatkan waktu dua bulan setelah resign untuk istirahat dan traveling. Bahkan, aku sudah membuat paspor dan merencanakan perjalanan ke Thailand. Namun, semua rencana itu mendadak berubah ketika pandemi melanda. Virus corona mulai menyebar, dan rencana liburan impianku pun harus dibatalkan.

Mulai Mencari Kesempatan Baru

Di akhir Februari, aku mulai mencari lowongan pekerjaan lagi. Aku fokus untuk mendapatkan posisi Management Trainee (MT) di perusahaan FMCG, karena bidang ini sangat menarik bagiku. Beberapa perusahaan besar sudah masuk dalam daftar target, termasuk perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods, serta beberapa program MT yang sangat bergengsi.

Selain itu, aku juga tertarik untuk mencoba hal baru yang memang sudah lama menjadi minatku. Akhirnya, aku memutuskan untuk mendaftar menjadi Tutor TPA di salah satu platform edukasi dan juga mencoba peruntungan di bidang Mobile Apps Engineer melalui program bootcamp yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan teknologi dan rumah sakit ternama.

Menariknya, panggilan pertama yang datang adalah untuk posisi Tutor TPA dan Mobile Apps Engineer. Maka, aku pun memutuskan untuk mengikuti kedua proses rekrutmen ini secara bersamaan. Aku akan membagikan pengalaman yang aku dapatkan dari kedua proses ini, siapa tahu bisa menjadi gambaran bagi teman-teman yang sedang berjuang di bidang yang sama.

Proses Rekrutmen Sebagai Tutor TPA

Aku mendaftar sebagai Tutor TPA melalui platform pencarian kerja. Tidak lama setelah mendaftar, aku mendapatkan pesan singkat yang meminta konfirmasi untuk phone interview. Beberapa hari kemudian, wawancara melalui telepon pun dilakukan. Wawancara ini lebih ke pengenalan diri dan pengalaman kerja sebelumnya, jadi tidak ada pertanyaan yang terlalu berat.

Setelah wawancara telepon, aku diminta untuk mengisi tes kepribadian secara online. Tes ini berjalan lancar, dan beberapa hari kemudian aku mendapatkan undangan untuk tahap selanjutnya, yaitu interview tatap muka dan tes micro teaching. Tanpa persiapan yang terlalu matang, aku langsung menuju kantor tempat tes akan dilaksanakan.

Ketika tiba di sana, aku bertemu dengan beberapa kandidat lain yang juga akan mengikuti tes. Setelah menunggu giliran, tibalah saatnya aku untuk wawancara langsung dengan HRD. Wawancara ini lebih mendalam, membahas pengalaman-pengalaman kerja yang pernah aku lakukan sebelumnya. Semua berjalan lancar, hingga tiba saatnya untuk micro teaching.

Sayangnya, aku tidak mempersiapkan materi dengan baik. Ketika diminta untuk mengajar materi tertentu, aku jadi sedikit bingung dan kelihatan tidak siap. Tentu saja, ini memberikan kesan bahwa aku belum sepenuhnya siap untuk posisi ini. Setelah sesi tanya jawab, aku sadar bahwa aku mungkin tidak cocok dengan kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi Content Maker di platform ini. Dan benar saja, beberapa hari kemudian, aplikasi lamaranku tidak berhasil lolos ke tahap berikutnya.


Baca juga: Pengalaman Melamar Kerja: Tips dan Trik Biar Gak Grogi di Depan HRD


Pengalaman Mengikuti Bootcamp Mobile Apps Engineer

Setelah tidak berhasil di posisi Tutor TPA, aku kembali fokus pada pilihan lainnya, yaitu program bootcamp Mobile Apps Engineer. Aku mendengar kabar bahwa permintaan akan tenaga kerja di bidang teknologi sedang tinggi, dan program bootcamp bisa menjadi jalan cepat untuk masuk ke dunia programming.

Beruntung, aku menemukan program scholarship yang diselenggarakan oleh lembaga teknologi ternama bekerja sama dengan sebuah rumah sakit besar. Program ini menawarkan beasiswa penuh, dan jika lolos, aku akan bekerja di rumah sakit tersebut dengan ikatan dinas selama 20 bulan. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mendaftar di situs mereka.

Tahap pertama dari proses ini adalah wawancara singkat di kantor lembaga pendidikan teknologi tersebut. Setelah wawancara, aku langsung diberikan serangkaian tes yang mencakup logic test, basic programming, basic math, basic physics, computer literacy, dan english test. Tes-tes ini cukup menantang, tetapi aku merasa mampu menjawabnya dengan baik.

Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan email yang menyatakan bahwa aku lolos ke tahap selanjutnya. Tahap ini melibatkan wawancara online dengan HR rumah sakit. Karena rumahku kurang kondusif untuk wawancara online, aku memutuskan untuk melakukan wawancara di tempat yang lebih tenang. Wawancara berjalan lancar, dan aku merasa cukup optimis.

Tahap selanjutnya adalah wawancara langsung dengan user di salah satu gedung rumah sakit di Karawaci. Wawancara ini lebih mendetail dan melibatkan banyak pertanyaan teknis serta penggalian karakter. Setelah wawancara, aku kembali ke rumah dengan perasaan optimis, dan beberapa hari kemudian aku mendapatkan undangan untuk melakukan medical check-up.

Sayangnya, meskipun semua proses berjalan lancar, program scholarship ini akhirnya dibatalkan karena pandemi yang semakin parah. Aku sangat kecewa karena merasa sudah cukup jauh dalam proses ini, tetapi begitulah hidup, terkadang rencana terbaik pun harus berubah karena situasi yang tidak terduga.

Kembali Mencari Peluang

Setelah program bootcamp batal, aku sempat merasa agak suram. Bulan April berlalu tanpa ada panggilan interview atau lowongan yang cocok. Lockdown yang diberlakukan membuat semua aktivitas menjadi terbatas, dan banyak perusahaan yang menunda rekrutmen. Aku pun mengisi waktu dengan berbagai aktivitas di rumah, hingga akhirnya, di bulan Mei, sebuah kesempatan baru datang.

Aku mendapatkan missed call dari HR perusahaan besar yang sedang mencari calon untuk program Management Trainee mereka. Akhirnya, setelah cukup lama menunggu, aku kembali mendapatkan panggilan interview. Proses ini berjalan cukup cepat, mulai dari wawancara HRD, wawancara dengan user, hingga medical check-up. Dan akhirnya, aku pun diterima di program tersebut.

Penutup

Pengalaman mengikuti berbagai proses rekrutmen di tengah pandemi ini mengajarkan banyak hal. Mulai dari pentingnya fleksibilitas dalam menghadapi perubahan, hingga kesabaran dalam menunggu hasil yang terkadang tidak sesuai harapan. Setiap proses yang aku lalui memberikan pelajaran berharga yang bisa aku gunakan di masa depan.

Teman-teman, jika saat ini kalian sedang dalam proses mencari pekerjaan, tetaplah semangat dan teruslah berusaha. Terkadang, jalan yang kita tempuh memang tidak selalu mulus, tetapi percayalah bahwa setiap usaha yang kita lakukan pasti akan membuahkan hasil pada waktunya.

Terima kasih telah membaca cerita ini, dan semoga bisa memberikan inspirasi atau setidaknya sedikit hiburan di tengah kesibukan kalian. Sampai jumpa di cerita berikutnya!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama