Persmahasiswa.id - Anies Baswedan telah menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya pendekatan yang ramah lingkungan dalam mengelola sungai di Jakarta. Pandangan yang menyinggung soal kontroversi naturalisasi dan normalisasi tersebut disampaikan Anies Baswedan dalam program acara inspiratif Kick Andy pada Senin (19/6/2023).
Ia menyoroti bahwa di masa depan, kita harus semakin bergerak menuju arah yang lebih ramah lingkungan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
Penjelasan tentang normalisasi dan naturalisasi dipaparkan Anies setelah mendapat pertanyaan kritis dari presenter Andy F Noya.
"Mas Anies, masih mengenai dosa anda sebagai Gubernur DKI Jakarta naturalisasi dan normalisasi ini nggak selesai-selesai. Anda menolak normalisasi dan mengatakan alternatif yang benar adalah naturalisasi. Pertama orang-orang menertawakan karena apa bedanya anda menjelaskan. Saya pernah lihat bahwa contohnya adalah Singapore tapi masyarakat tidak bisa memahami apa yang anda jelaskan tapi yang menarik lagi orang bertanya. Oke kita sepakat naturalisasi tapi apa yang dilakukan oleh Gubernur Anies Baswedan untuk naturalisasi? Mana buktinya?", tanya Andy dengan gaya khasnya kepada Anies.
Salah satu konsep yang diperkenalkan oleh Gubernur Anies adalah konsep naturalisasi. Dalam konteks Jakarta, konsep ini menekankan pentingnya menjaga beberapa kawasan sungai agar tetap alamiah dan menghormati ekosistem sungai yang ada. Gubernur Anies berpendapat bahwa meskipun ada tempat-tempat yang memerlukan konstruksi beton karena kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan, masih ada kawasan yang memiliki potensi untuk menjaga ekosistem sungainya.
"Kami melihat begini bahwa di perjalanan bangsa kita ini ke depan kita harus makin ramah lingkungan itu tidak ada pilihan kita harus bergerak ke arah sana sebisa mungkin semua pendekatan kita dari mulai transportasi sampai urusan sungai itu mengandalkan kepada pendekatan yang ramah lingkungan itu prinsip yang kita pegang bukan hanya urusan sungai", jawab Anies santai
"Semuanya ketika sampai pada sungai ada pendekatan yang sudah lama digunakan betonisasi dibuatkan beton kanan kiri kanal itu juga di Eropa dilakukan 60an 70-an 80-an kanal-kanal itu beton nah yang saya sampaikan ke depan kita tidak bisa terus hanya begini justru kita harus mendekati sebuah pendekatan yang lebih alami", lanjutnya.
Misalnya, kawasan seperti Condet dari Kalibata sampai Simatupang yang masih memiliki keberadaan alamiah dan ketersediaan lahan yang memungkinkan, dapat dijaga sebagai kawasan yang lebih natural. Visinya adalah menjadikan Jakarta sebagai kota yang layak bagi semua makhluk, bukan hanya manusia, tetapi juga ikan dan makhluk hidup lainnya yang ada dalam ekosistem sungai.
"Di dalam konteks Jakarta ada tempat-tempat yang memang tidak bisa digunakan selain beton tempat yang kanan kirinya sudah padat penduduk tempat yang sudah ketat ya memang harus menggunakan beton Ya nggak papa itu dilakukan tapi tempat yang di situ justru lahannya masih memungkinkan untuk dijaga ekosistem sungainya dijaga Jangan dijadikan beton perkotaannya sudah ketat yang tidak mau harus pakai beton di situ tapi kawasan yang masih hijau tapi perhatikan Bang seperti Condet dari mulai Kalibata sampai Simatupang itu kawasan yang masih hijau semua kawasannya masih alamiah", ungkap Anies.
Pendekatan ini bertujuan untuk memperhatikan dan memelihara keberlanjutan lingkungan serta memperkuat ekosistem alami sungai dalam menghadapi berbagai tantangan perkotaan. Meskipun kontroversial, pandangan ini mencoba memberikan alternatif pendekatan dalam mengelola sungai dan lingkungan perkotaan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan keanekaragaman hayati.
"Ini harus dijaga sebagai kawasan yang natural jadi visinya itu bagaimana kota ini menjadi kota yang layak hidup bagi seluruh makhluk-Nya bukan hanya manusia termasuk ikannya termasuk makhluk-makhluk yang hidup di dalam ekosistem sungai itulah yang disebut sebagai konsep naturalisasi", tutup Anies Baswedan.
Penting untuk dicatat bahwa pendapat dan tindakan Anies Baswedan terkait naturalisasi di Jakarta masih menjadi topik diskusi dan evaluasi di kalangan masyarakat serta para ahli terkait.